4.10.2011

Masalah Hati

Hari ini bicara tentang ikhlas.

Dalam teorinya sangat mudah untuk mengatakan bahwa sesuatu itu di kerjakan hanya untuk mengharapkan ridho Allah. Namun yang susah itu aplikasinya. Ketika kita berinfak misalnya, awalnya mungkin kita telah meniatkan bahwa kita berinfak hanya untuk mengharapkan ridho Allah. Ketika kotak infak telah di pergilirkan pikiran kita masih berkutat dengan infak tadi, kira-kira tadi ada akhwat yang lihat tidak ya? Uang saya tinggal berapa ya? Masih cukup untuk pulang tidak?. Semua itu bermain di benak kita. Apa artinya?. Kita masih belum ikhlas dalam berinfak. Karena sejatinya jika kita ikhlas, maka setelah uang kita berikan tidak ada lagi ingatan kita pada infak tersebut. Tidak ada lagi perasaan apapun, pokoknya “plong”. Analoginya ikhlas itu sama dengan BAB. Masuk, proses dan keluar. Tidak ada lagi yang di ingat-ingat setelah itu.

Ikhlas berarti kita berbicara masalah hati. Tidak ada seorang pun yang bisa memastikan apakah orang tersebut ikhlas atau tidak. Hanya Allah lah yang tau. Sebenarnya beda antara ikhlas, riya dan syirik itu amat tipis. Jika kita tidak jadi melakukan sesuatu karena takut di nilai riya, maka itulah riya yang sebenarnya. Lain halnya jika kita melakukan sesuatu dengan niat ingin di puji orang, maka jatuhnya pada syirik. Dan ikhlas adalah ketika kita melakukan sesuatu hanya mengharapkan ridho Allah.
Ketika kita beribadah, bermuamalah, semua itu di lakukan lillahi ta’ala. Bukan karena kita aktivis, bukan karena kita kader sehingga kita harus melakukan semua itu. Bukan pula karena tuntutan syuro, karena amanah dan bukan pula karena tuntutan karir.

Dalam kisah sahabat, Khalid bin Walid, adalah salah satu contoh bagaimana memaknai ikhlas itu sendiri. Ketika ia di turunkan dari amanahnya sebagai panglima perang pada masa Kalifah Umar bin Khatab itu tidak membuat semangatnya turun dalam perang. Ia tetap berperang dengan totalitas sebagaimana ketika ia masih panglima, sehingga menimbulkan pertanyaan di kalangan sahabatnya, kenapa ia masih bisa memberikan pengorbanan seperti itu walaupun ia bukan panglima lagi. Khalid pun menjawab “ saya berjuang karena Allah bukan karena Kalifah Umar “
Wallahu’alam

2 komentar:

  1. Benar sekali, keikhlasan hanya antara Allah dan hamba. Mau titip link tulisan saya nih, tidak tentang ikhlas, tapi tentang sedekah.

    http://widodosaputrajundullah.blogspot.com/2011/02/jangan-cuma-sedekah-senyuman.html

    BalasHapus