Hp sudah menunjukkan 9.45 p.m. terpaksa saya harus menambah laju motor.
Bukan maksud hati masih berada di luar saat jam malam sudah habis. Namun karena
sesuatu hal makanya saya masih berada di luar membelah jalanan khatib. Di
perempatan nampak sudah lampu masih menyala merah. Segera mencoba mencari
posisi untuk berhenti. Ada suatu hal yang cukup membuat saya merasa miris. Di
jalanan, pada jam yang cukup larut untuk seusianya, dia masih berkeliaran di
perempatan jalan. ‘ minta piti ni’
ujarnya. Sayangnya, yang saya ingat tak ada lagi uang kecil di saku jaket.‘pulanglah lai, lah malam’ ujar saya
padanya. Itu di satu simpang. Di simpang lain, ada seorang anak menguap sambil
memegang dua buah sapu lidi, ya Allah malam2 begini dia masih bekerja menjual
sapu. Padahal seharusnya dia sudah tidur bergelimung selimut. Sebegitu keraskah
hidup hingga ia harus berjuang hingga larut malam?.
kasian memang perjuangan mereka. Anak pertama, yang dinamakan pengemis itu akan tetap melanjutkan profesinya sebagai pengemis jika kita tetap memberinya sisa2 uang kecil di saku kita. tapi, anak yang kedua, hmm... dia membawa sapulidinya dari Lubuk Buaya dan menjualnya dengan harga 5rb rupiah (atw 15rb???ah...lupa), smoga suatu saat dia jadi enterpreneur yang kaya hati dan kaya harta. ^_^
BalasHapusjadi ingat lagu Iwan Fales, eh, Iwan Fals...
Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu
Demi satu impian yang kerap ganggu tidurmu
Anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu
Dipaksa pecahkan karang lemah jarimu terkepal
oia lupa, desain baru nih yeee.....
Hapus;)
aamiin..
Hapuslike this for the song kak..:D
*g jg kak, desain lama kok...;)
( dah lama di sediakan blogspot team kak, ii aja yg br make..hehe..)